Mengungkap Kaitan Tersembunyi antara Deforestasi dan Energi di Asia Tenggara

Dalam dua dekade terakhir, industri biomassa hutan—yang menebang hutan untuk membuat pelet kayu yang akan dibakar di pembangkit listrik—telah berkembang pesat seiring upaya berbagai negara untuk memenuhi permintaan energi global. Pertumbuhan ini terjadi meskipun ada peringatan dari para ilmuwan mengenai dampak buruk industri ini terhadap iklim dan kontribusinya terhadap deforestasi—yang semakin marak di wilayah tropis.

Pada tahun 2024, Mongabay melaporkan praktik ini secara ekstensif, termasuk di provinsi Gorontalo, Indonesia. Di sana, laporan investigasi dari biro berita Mongabay di Indonesia mengenai peningkatan deforestasi menarik perhatian pada keberadaan dua perusahaan kelapa sawit yang, setelah izin tebangnya dicabut, mengajukan permohonan kembali di bawah skema hutan tanaman energi nasional.

Pada pertengahan Agustus, Mongabay mengunjungi area tersebut untuk memverifikasi citra satelit yang mengindikasikan adanya deforestasi dan mendokumentasikan secara langsung aktivitas kedua perusahaan itu. Pada bulan September, Mongabay Indonesia merilis laporan lain yang merinci aktivitas tidak transparan dari perusahaan pengolah pelet kayu di Gorontalo yang mengambil bahan baku dari kedua perusahaan tersebut.

Temuan Mongabay menunjukkan bahwa dugaan deforestasi tersebut kemungkinan melanggar prinsip-prinsip keberlanjutan dan sebagian pelet kayu yang diekspor tidak tercatat dalam sistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Lebih lanjut, kegiatan alih muat perusahaan pengolah tersebut diduga berada di kawasan konservasi laut, sehingga menimbulkan pertanyaan serius mengenai legalitas operasinya.

Pelet kayu yang diproduksi ditujukan untuk dibakar di pembangkit listrik tenaga biomassa di Asia Timur, kemungkinan besar di Jepang atau Korea Selatan.Secara kolektif, liputan ini menyulut kewaspadaan mengenai pelanggaran lingkungan dan peraturan, yang segera diikuti oleh liputan media internasional tambahan, termasuk oleh Associated Press. Investigasi ini juga mendorong perusahaan tersebut untuk mengirimkan surat sanggahan.

Hutan alam yang telah dibuka. Gambar oleh Forest Watch Indonesia.
Hutan alam yang telah dibuka. Gambar oleh Forest Watch Indonesia.

Dampak

Segera setelah publikasi-publikasi ini, otoritas lokal dan kelompok industri bertemu untuk mengatasi masalah tersebut, di mana Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan Asosiasi Produsen Energi Biomassa Indonesia (APREBI) mengadakan Forum Group Discussion.

Balai Penegakan Hukum (Gakkum) Kementerian LHK di Sulawesi juga dilaporkan berencana untuk menyelidiki dugaan pelet yang bersumber secara ilegal seperti yang diungkap oleh laporan Mongabay. Beberapa LSM, termasuk The Center of Economic and Law Studies (CELIOS), menggunakan laporan tersebut dalam penelitian mereka. Laporan ini juga memicu diskusi di Jakarta yang diselenggarakan oleh berbagai LSM, termasuk Forest Watch Indonesia, Trend Asia, dan CELIOS.

Dampaknya meluas jauh hingga ke luar Indonesia. Pada akhir 2024, Korea Selatan mengumumkan perubahan besar-besaran pada kebijakan subsidi biomassanya. Mulai Januari 2025, subsidi tidak akan lagi diberikan untuk proyek energi biomassa baru atau untuk pembangkit listrik milik negara yang sudah ada yang membakar biomassa bersama batu bara (co-firing). Selain itu, dukungan finansial pemerintah yang ada untuk pembangkit listrik khusus biomassa yang menggunakan biomassa impor akan dikurangi, sementara dukungan untuk pembangkit co-firing milik swasta akan dihapus sepenuhnya dalam dekade berikutnya.

Hasilnya, para pegiat lingkungan menyambut baik reformasi biomassa ini sebagai langkah ke arah yang benar, yang berpotensi menetapkan preseden baru yang ramah lingkungan bagi hutan-hutan di kawasan tersebut. Reformasi ini didokumentasikan dalam laporan “Rencana untuk Memperbaiki Struktur Pasar Bahan Bakar dan Energi Biomassa” yang dibuat oleh Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Korea, Dinas Kehutanan Korea, dan Kementerian Lingkungan Hidupnya.

Penulis utama laporan Oktober 2024, “Peringatan yang Tak Dihiraukan: Ancaman Biomassa Hutan terhadap Hutan Tropis di Indonesia dan Asia Tenggara,” yang disusun oleh Earth Insight, Auriga Nusantara, Forest Watch Indonesia, Solutions for Our Climate, Trend Asia, dan Mighty Earth, mengatakan bahwa “Liputan Mongabay—baik dalam bahasa Inggris (Annelise Giseburt) maupun Bahasa Indonesia—mengenai pengembangan bioenergi kayu di Indonesia membantu membangun tekanan global pada saat para aktivis Korea Selatan sedang bekerja sama dengan seorang legislator yang menghasilkan kebijakan untuk menghentikan impor pelet kayu dari hutan Indonesia. Memang selalu sulit untuk menarik garis lurus, tetapi saya rasa adil untuk mengatakan bahwa liputan Mongabay membantu membangun momentum hingga puncaknya. Annelise bekerja dengan luar biasa dan para jurnalis lokal berbahasa Indonesia melakukan investigasi mendalam di pabrik pelet tersebut.”

Kasus ini menggambarkan bagaimana jurnalisme independen yang mendalam dapat mengungkap hubungan yang tidak terlihat namun kritis antara kerusakan lingkungan lokal dan kebijakan internasional, yang pada akhirnya membantu melindungi hutan yang terancam dan mendukung pengambilan keputusan energi yang lebih berkelanjutan.

Dukung jurnalisme lingkungan yang independen

Jika Anda tertarik untuk membantu menyoroti isu-isu konservasi seperti ini, ada dua cara terbaik yang dapat Anda lakukan bersama Mongabay.

Pertama, pertimbangkan untuk memberikan donasi, yang secara langsung membantu kami untuk terus menghasilkan jurnalisme berdampak tinggi dari garis depan alam.

Kedua, berlangganan buletin Mongabay untuk mendapatkan berita lingkungan terkini yang dikirim langsung ke kotak masuk Anda, dan bagikan artikel yang Anda anggap menarik kepada teman dan keluarga.

Tentang Mongabay

Mongabay adalah sebuah platform berita nirlaba mengenai ilmu lingkungan dan konservasi yang berfokus pada penyediaan jurnalisme orisinal, andal, dan independen dari garis depan alam. Kami bangga dapat menghasilkan laporan yang membawa dampak besar dan nyata di seluruh dunia.

Gambar Utama: Penebangan pohon di konsesi PT Banyan Tumbuh Lestari. Gambar oleh Forest Watch Indonesia.